Bolehkah Sedekah ke Pengemis "Tersistem"?
Di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, hampir semua pengemis sudah tersistem. Dilindungi preman dan oknum pejabat. Ini beneran.
Kayak franchise saja, pengemis-pengemis ini diberi 'wilayah beroperasi' dan harus membayar 'royalti' ke preman tertentu. Lalu, preman ini nyetor lagi ke oknum pejabat. Ya, tuh oknum pejabat serasa master franchise.
Siklus kezaliman ini terlihat kasat mata di kota-kota besar. Bukan 'kata orang'. Terlihat bagaimana 'pihak manajemen' men-drop dan menjemput pengemis. Termasuk menyiapkan anak kecil untuk digendong. Saya sering sekali melihat prosesi ini di jalan-jalan.
Pernah memperhatikan bayi yang digendong itu? Selalu tidur pulas kan? Ya! Karena diberi obat tidur, obat bius, atau sejenisnya. Duh jahatnya... Logisnya, kebanyakan bayi akan rewel bila terkena terik matahari selama berjam-jam.
Terlepas dari itu, di Semarang, ada pengemis yang punya deposito di atas Rp 100 juta. Di Surabaya, ada pengemis yang punya mobil CRV. Dan masih banyak lagi publikasi tentang pengemis yang sebenarnya tajir-tajir. Googling saja.
Begini. Setiap sedekah tentu akan berbalas. Tapi alangkah baiknya jika tepat sasaran dan tidak mengayakan para preman juga oknum pejabat. Kurang berkah juga kalau kita tetap bersedekah, di mana kita tahu persis uang sedekah itu selalu disalahgunakan. Pantaslah MUI dulu pernah mengingatkan.
Kalau mau sedekah, via lembaga terpercaya saja. Seperti DD, ACT, RZ, PPPA, dll. Atau lembaga lain yang jelas track record-nya. Sebisa-bisanya BUKAN ke pengemis seperti kasus-kasus di atas.
Apabila kita lagi di jalan dan mau bersedekah, yah beli saja barang-barang dari pedagang kecil atau asongan. Kalau perlu, kasih lebih ke mereka. Jangan nawar... Masih mending mereka tho? Mau mengerahkan tenaganya. Menjaga harga dirinya. Nggak ngemis. Nggak melas.
Share ya. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
___
*Foto: Suasana Training Ippho Santosa
Bolehkah Sedekah ke Pengemis "Tersistem"?
Reviewed by Unknown
on
06.14.00
Rating: