Salah Seorang Penduduk Muslim Spanyol yang Diusir Menulis tentang Toleransi Islam
(Dewan Inkuisisi Spanyol)
Al-Andalus (bahasa Arab: الأندلس al-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor (begitu Barat menyebutnya), selama 781 tahun atau delapan abad dari tahun 711 hingga 1492.
Pada 1492 kekuasaan umat Islam di Andalus akhirnya berakhir setelah dikalahkan oleh pasangan Monarki Katholik Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia.
Pada masa itu pihak penguasa membuat Dewan Inkuisisi, atau nama resminya Tribunal Dinas Suci Inkuisisi (bahasa Spanyol: Tribunal del Santo Oficio de la Inquisición), atau institusi pengadilan gereja.
Pada 1492, Dewan Inkuisisi digunakan untuk mengusir semua orang Muslim dan Yahudi dari Spanyol atau untuk memaksakan kaum Muslim dan Yahudi untuk di-kristen-kan. Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengusir lebih dari 160.000 orang Yahudi yang tidak mau menjadi Katolik.
Kaum Muslimin dipaksa masuk Kristen (Katolik), atau terpaksa hijrah keluar dari Spanyol. Mereka memberontak, tapi pada akhirnya dikalahkan. Banyak dari orang-orang Islam ini akhirnya setuju untuk dibaptis. Hanya saja mereka tetap mempertahankan tradisi Arab-Muslim mereka, dan sebagian lainnya tetap menjalankan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi. Orang-orang ini dikenal sebagai Moriscos (Moor). Mereka inilah yang kemudian menjadi sasaran utama Dewan Inkuisisi Spanyol.
Seperti ditulis sejarawan barat Thomas W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam, diceritakan: salah seorang penduduk Muslim Spanyol yang terusir dari negerinya bersamaan dengan pengusiran orang-orang Moor terakhir tahun 1610, dalam protesnya terhadap kekejaman Tim Penyelidik (Dwan Inquisisi) Kristen, menurunkan cacatan mengenai sikap toleransi umat Islam sebagai berikut:
“Adakah nenek moyang kami pada saat berkuasanya satu kali saja pernah mengusir orang-orang kristen dari Spanyol? Tidakkah mereka membiarkan nenek moyang kalian menikmati kebebasan melaksanakan ibadahnya sambil memakai kalung (salib)? Bukankah telah diperintahkan dengan tegas oleh Rasulullah bahwa bangsa manapun yang ditaklukkan oleh kaum Muslimin, asal bersedia membayar pajak tahunan yang pantas akan dijamin kebebasannya untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya betapapun sesatnya keyakinan itu? Jika ada pemaksaan masuk Islam atau tindakan keras terhadap penganut agama selain Islam, maka hal itu terlalu kecil untuk digembar gemborkan, lebih-lebih mengingat kejadian demikian hanyalah ditimbulkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, berani menghina Nabi Muhammad didepan umum, dan siapapun yang berbuat demikian berarti ia secara langsung menentang hukum dan ketentuan Islam yang suci yang tak boleh dilanggar termasuk oleh para pemimpin Islam. Anda tidak akan dapat menunjukkan adanya orang Islam yang haus darah melalui pengadilan resmi dalam hubungannya dalam masalah keyakinan beragama, seperti yang diperbuat Dewan Inquisisi yang menjijikkan itu. Hati kami selalu terbuka untuk menerima siapa saja yang dengan kesadaran ingin masuk Islam, tetapi Al-Qu’ran tidak membenarkan kami memaksakan agama. Orang-orang baru yang masuk Islam memiliki banyak kesempatan baik, begitu mereka mengakui keesaan Tuhan dan kerasulan Muhammad seketika itu mereka adalah satu dengan kami tanpa sedikitpun perbedaan, mereka boleh mengawini anak-anak gadis kami, mendapatkan kesempatan menduduki jabatan-jabatan resmi, menerima penghormatan dan berbagai keuntungan lain; kami cukup merasa puas asal mereka mamakai cara-cara kami, memperlihatkan keislamannya secara lahiriah tanpa mengorek isi hatinya yang sebenarnya, asal saja mereka tidak terang-terangan menghina agama kami; kalau mereka berbuat yang terakhir ini, maka tentulah kami menghukumnya setimpal dengan perbuatannya, mengingat bahwa mereka masuk Islam itu adalah semata-mata atas keinsyafannya sendiri tanpa satu paksaan”.
Semangat toleransi ini telah dijadikan artikel utama dalam laporan “Apostacies and Treasons of the Moriscoes” (Kemurtadan dan Pengkhianatan orang-orang Moor) karangan Archbisop dari Valencia pada tahun 1602, ketika memberi rekomendasi tentang pengusiran mereka kepada Raja Philip III sebagai berikut: “Bahwa mereka tidak selayaknya dihukum seberat itu mengingat sikap mereka yang demikian toleran dalam soal-soal keyakinan agama, dimana orang-orang Turki maupun kaum Muslimin lainnya selalu menjamin penduduknya untuk menikmati kebebasan beragama.”
Betapa mendalamnya akar Islam telah terhujam didalam jiwa rakyat Spanyol, dapat dinilai dari fakta bahwa ketika sisa-sisa terakhir bangsa Moor diusir dari Spanyol pada tahun 1610, dimana orang-orang yang malang itu masih tetap taat kepada agamanya (Islam) meskipun telah hampir satu abad meskipun mereka dipaksa untuk menyesuaikan hidup lahiriah secara agama Kristen, dan kendati jumlah imigran sejak jatuhnya kota Granada hingga saat itu hampir mencapai setengah juta orang.
Seluruh kota dan desa menjadi kosong dan rumah-rumah menjadi puing, tak seorang membangun kembali. Orang-orang Moor adalah keturunan asli negeri itu, sedikit atau hampir tidak bercampur darah dengan orang-orang Arab, bukti-bukti yang mendukung hal ini sangat banyak, dan kiranya cukuplah salah satu saja diantaranya diutarakan disini, yakni surat yang ditulis pada tahun 1311, dimana disebutkan bahwa pada tahun itu ada 200.000 penduduk muslim di Granada, hanya 500 orang diantaranya yang berdarah atau keturunan darah Arab, sedang selebihnya adalah keturunan bangsa Spanyol sendiri. Dan adalah menarik hati untuk dicatat, bahwa hingga akhir masa kekuasaannya di Spanyol, Islam masih dapat memikat penganut baru, terbukti dari tulisan seorang ahli sejarah yang merekam peristiwa tahun 1499, tujuh tahun setelah jatuhnya Granada, dimana diantara orang-orang Moor setempat beberapa orang Kristen yang baru saja masuk Islam.
Demikin tulis Thomas W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam (Sejarah Dakwah Islam), yang diterbitkan tahun 1896.
Buku ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Drs. H. A. Nawawi Rambe dan diterbitkan pertama kali tahun 1979 oleh penerbit Widjaya.
Salah Seorang Penduduk Muslim Spanyol yang Diusir Menulis tentang Toleransi Islam
Reviewed by Unknown
on
07.28.00
Rating: