MEREDAM AMARAH DI RUMAH DAKWAH


MEREDAM AMARAH DI RUMAH DAKWAH

Usai rangkaian acara di Makassar, Sulsel, Alhamdulillah merapat di pelabuhan Pototano, Sumbawa

Sekarang harus sering pulang..usia ibu 70-an..abah 80-an..tapi Alhamdulillah sehat

Saya hanya khawatir karena mereka kemarin kaget. Rumah kami tempat kumpul dan berjuang ...

Di depan rumah ada plang DPC PKS...dan partai ini datang ke kampung kami dalam sepi..di masa lalu..

PKS dan keluargaku telah menyatu...sejak PK sampai PKS…

Rumah kami di Sumbawa adalah tempat gotong royong membesarkan partai..

Saya ingat dulu waktu zaman PK..aku merayu nenekku yg paling berpengaruh…seorang juru bicara Masyumi, Hajjah Tampawan Hasan

Ia wafat sekitar usia 90-An..sangat lantang...keturunan Mandar asli anak Opas Hasan penjaga kampung..

Aku merajuk dan merayu..”Nek, ada partai baru namanya Partai Keadilan...sekarang kita pilih itu saja”

“Partai apa itu?" tanyanya sinis…"Partai Islam", kataku,”Aku pendiri..” tambahku meyakinkan

Dia tidak bergeming...lalu dia meminta gambar partai peserta Pemilu…

Itu tahun 1999, pemilu pertama dalam masa reformasi. Aku tunjukkan selembar gambar berisi 48 lambang parpol..

Dato, panggilan kami kepadanya mencari…"Mana partaimu?"..aku tunjukkan gambar itu..

PK nomor 24...Ia menatapnya tajam...
PPP nomor 9, keduanya ka'bah...

Dia bilang.."Saya masih pilih pewaris Masyumi...lambang ka'bah PPP dianggap lebih tegas…

Di lembaran itu ada partai Masyumi baru dan PBB tetapi beliau tetap pilih PPP...tahun 1999 saya gagal..

Dan pemilu 1999 partai yang saya deklarasikan gagal mendapatkan batas elektoral…

Tapi kami partai yang bekerja tanpa pamrih..PKS didirikan dan ikhtiar merayu "sang jubir Masyumi” dilanjutkan…

Alhamdulilah, Pemilu 2004 menekku Tampawan Hasan memilihku sebagai caleg DPR RI, dapil NTB dapat 1 kursi dan itulah aku

Kami sekeluarga semakin menjadi bagian dari perjuangan partai..

2006 nenek wafat..dan aku masih di sini..dengan apa yang aku rayu padanya…

Barusan aku disambut ibu dan abah meriah…tapi masyarakat datang dan mereka berduka…

Aku disambut dengan mata berkaca-kaca...tatapan mereka kosong penuh tanda tanya..

Terkadang, aku merasa lebay…tapi apakah manusia berkaca-kaca di depanku berpura-pura?

Ada yang kemarahannya masih meledak..ada yg mengancam..ada yg ingin membakar!

Ini semua orisinal..ini suara yang tak boleh diabaikan..maka ku jelaskan…

Hanya bahasa langit yang bisa menentramkan pemberontakan..

Aku memulai..bahwa tidak ada yg terjadi di atas dunia ini tanpa restu Ilahi..

Semut hitam di atas batu hitam di tengah hutan yang gelap..Tuhan mengatur nasibnya…

Tidak ada yang bisa mencelakakan seseorang tanpa ijin Allah..dan sebaliknya…

Bahkan boleh jadi kita mencintai sesuai padahal itu jelek dan sebaliknya..

Maka semua ini ada hikmahnya dan saya yakin bahwa ini semua baik..

Saya katakan bahwa saya melawan dan menggugat karena mencoba semua jalan yang halal..

Dan akan saya lalui ini sampai akhirnya terungkap, siapa yg benar siapa yang salah..


Kalimat terakhir ini mendatangkan reaksi keras.. Rupanya ledakan diperlukan..

Saya layani kemarahan...tapi tidak ijinkan tindakan kekerasan..orang2 ini garis keras..

Sampai saya mengulas kembali cara kita berjuang..dalam negara hukum

Alhamdulillah…mereka puas..tapi sampai malam seperti ini mereka masih kumpul..

Kita hanya perlu sadar, bahwa inilah demokrasi…

___
*dari twit @Fahrihamzah Sabtu (16/4/16) dinihari




MEREDAM AMARAH DI RUMAH DAKWAH MEREDAM AMARAH DI RUMAH DAKWAH Reviewed by Unknown on 08.29.00 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.